Antologi Rindu

Embun masih setia dengan beningnya, dedaunan masih dibersamai oleh hijaunya, dan aku masih merindukan kedua warna yang sering kunikmati setelah nikmatnya bermunajat kepada Allah sejak subuh, setahun yang silam. Kumandang azan yang selalu mengisyaratkan padaku bahwa pertiga malam yang indah tidak lama lagi akan berakhir. Kini matahari juga kunikmati dengan cara yang lain, melalui fentilasi kamarku ia menyelinap masuk dan membawa hawa pagi yang tenang lagi menenangkan. Bibir kecilku selalu melangitkan doa yang sama kepada Tuhan yang selalu mendengar dan Maha Mendengar. Aku selalu berkeyakinan, gelap merupakan salah satu bentuk kencintaan Tuhan kepada hamba-Nya, dengan syarat hamba tersebut telah berhasil memaknai takdir dan mampu mensyukurinya dengan tekun. ”Aku masih percaya bahwa sabar dan syukur adalah dua cara terindah dalam menikmati takdir” gumamku dalam hati. Tangan cekatan Mbak Iza selalu membersihkan dan menjaga barang-barang berharga milikku. Menurutny...