Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Tentang Pemujian, Pengakuan, Pembelaan, Kesepakatan, dan Kerendahan Hati.

Ini cerita tentang kita yang berusaha merendahkan hati. Tentang sebuah pemujian. Tentang sebuah pengkauan. Tentang sebuah pembelaan. Juga tentang sebuah kesepakatan.  Sebuah pujian darimu tentang bergelimangnya lebihku, yang aku bermuasal dari singgasana yang saling berbagi bahagia. Juga sebuah pengakuan tentang terbatasnya dirimu, yang bermuasal dari rapuhnya sebuah dinding yang terlalu sering terbias air mata. Namun, bagiku kamu teramat pantas untuk disanjung. Sebab kamu memiliki kekayaan dalam bersikap dan bertutur kata. Bukankah tak pernah hatiku tersayat oleh lidahmu yang tak kenal sembilu itu? Lalu, aku mencoba menyamaratakan kita. Sebuah usaha untuk menghibur dirimu yang merasa telah kutinggalkan jauh. Dengar! Tidak hanya harimu yang pernah diramaikan sedih, boleh jadi aku selama ini hanya terlihat baik-baik saja, tanpa pernah kamu tahu bahwa ada luka di balik bekas balutan yang tertutup rapat oleh senyumku. Akhirnya. Kita memilih untuk mensyukuri kelebihan yang kita punya. ...

Yang Sulit dari Sebuah Ketulusan

Wujud dari tulus memberi adalah ketika kita tidak lagi menjengkal seberapa dalam bahagia yang akan dirasakan oleh orang yang menerima pemberian itu. Wujud dari tulus memberi adalah ketika kita tidak lagi mengira-ngira ucapan terima kasih sedahsyat apa yang akan mulutnya katakan dan apa yang akan telinga kita dengarkan. Wujud dari tulus memberi adalah ketika kita tidak lagi menunggu balasan apa yang akan kita peroleh darinya. Wujud dari tulus memberi adalah ketika kita telah melapangkan dada apabila yang kita beri  sepenuh hati justru tak berarti besar baginya. Wujud dari tulus memberi adalah ketika kita tetap dan terus memberi setelah mengetahui bahwa dia tak membalas apa yang sebelumnya kita beri kepadanya. (Novia Fahronnisya)