Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Antara Hijab dan Pola Pikir

Pernah saya membaca sebuah kiriman yang isinya memembahas tentang, hijab, akhlak, dan pola pikir. Tiga hal berbeda, namun tak terpisahkan. Yang paling saya ingat dari tulisan seseorang di sana adalah; bahwa yang menjadi masalah bukanlah cara seorang wanita dalam berpakaian, melainkan pikiran dari orang yang melihat cara berpakaian wanita tersebut. Tertutup atau tidaknya seorang wanita (dalam berpakaian) tak perlu dipertanyakan, yang perlu dikhawatirkan adalah pikiran liar dari orang yang melihatnya. Pernyataan ini tentu bersebrangan dengan istilah (mungkin juga pribahasa) yang sering kita dengar 'jika ada asap, maka tentu saja ada api'. Dalam kata lain, hukum (jika maka) seakan tak berlaku di sini. Jika memang yang keliru adalah pola pikir manusia yang melihat; bukan si wanita yang berpenampilan--maka untuk apa Allah perintahkan wanita untuk menutupi auratnya (pengecualian untuk beberapa bagian yang biasa tampak); Q.S An-Nur:31? Daripada memenuhi kewajiban menutup aurat, leb...

Aku Pulang

Pulangku dihantar oleh sunyinya bisik hujan~ Kepada jarak yang jauh terulur, terima kasih telah sudi mengalah kepada rinduku yang tak terukur. Akhirnya kepulangan itu tiba tanpa perlu aku paksa. Karena seperti apa yang sudah kukatakan, rindu tahu kapan dia harus pergi dan kembali. Kepada bisik hujan yang menjadi teman sepersunyianku, reda dan deraslah bila engkau mau; selama itu tak mengusik jarak ini dan membuat ia enggan menyingkat (lagi). . Aku pulang, sebab tak ada lagi rindu yang harus kutahan. Aku pulang, sebab rindu bukan sebuah kesalahan yang harus kuhukum dengan menunda pertemuan. Aku pulang. Pekanbaru > Tembilahan, 09 Januari 2018

Ummik; Sebab Mendarahdagingnya Rinduku

Para perindu memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan rindunya. Ada yang memilih mengungkap rindu melalui kata, dan ada yang memilih mengungkap rindu lewat sebuah temu. Ada pula perindu yang bijak, yakni perindu yang memilih untuk mengungkap rindu lewat rasa sabar. Baginya rindu tak punya masa berlaku, sebab rindu bisa bertahan selama apapun selagi sang pelaku rindu mampu memaknai rindunya dengan baik. Perindu yang bijak juga tahu, bahwa rindu bukan sebuah penyakit yang harus disembuhkan melalui perjumpaan. Sebaliknya, rindu juga bukan sebuah kesalahan yang harus dihukum dengan menunda pertemuan. Dan aku, masih mencoba memaknai rindu; agar mampu menjadi satu dari beberapa perindu yang bijak itu. Perindu yang 'katanya' tak memiliki batas sabar dalam menunggu, perindu yang 'katanya' tak memiliki titik jenuh dalam menanti. Di sebuah tempat, tempat yang menjadi saksi atas mendarahdagingnya rinduku 🍃