Ayah, Aku Mencintaimu
Pertengahan tahun 2009, ini adalah permintaan ayah untuk kali kesekian. Salah satu impian terbesar beliau adalah, agar anak bungsunya ini menjadi seorang santriwati. Dan untuk kali ke sekian pula, aku dengan tegas menentangnya. Ayah memang keras, tapi untuk kasus yang satu ini ayah tak lebih keras dariku. Bagiku ayah keliru apabila mengganggap bahwa lingkungan dapat menentukan dalam-dangkalnya keimanan seseorang. Akan kujawab semua kekeliruan Ayah nanti, pasti! Sungguh aku melihat begitu besar harapan beliau ketika memintaku untuk melanjutkan SLTP ke sekolah yang berbasis keagamaan. Namun aku tetap tak mampu mengindahkan harapan itu. Di benakku sudah tergambar berbagai hal membosankan dan menakutkan ketika menjadi santriwati nanti. Aku tak ingin masa mudaku terpenjara oleh kerasnya peraturan pesantren atau MTs. Bebas. Mungkin itu pilihan yang kuanggap paling benar waktu itu. Kerasnya kepalaku membuat Ayah kalah (baca:mengalah), sampai akhirnya beliau mengizinkanku untuk mendaftar...