--Jangan Takut Kehilanganku--

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Teruntuk yang insyaa Allah selalu dalam lindungan Allah.

Engkau, yang senantiasa menjadi bagian dalam keseharianku.

Aku tidak pernah tahu mengapa Allah menghadirkan kau dalam hidupku hari itu.
Sebagai teman biasakah?
Namun hari demi hari menghantarkan aku pada satu jawaban yang sejak lama kupertanyakan 'mengapa Allah pertemukan kita?'. Ada apa di sebaliknya?

Sejak hari itu kau bermetamorfosa menjadi teman tanpa 'saja'. Ada banyak mimpi dan obsesi yang sama-sama kita rajut. Ada banyak terjal dan kerikil yang coba sama-sama kita tapaki.

Kita tak punya banyak kesamaan. Kau selalu kewalahan ketika harus menyamakan seleraku denganmu. Katamu kidahku ini terlalu kampungan. Aku tak menyangkalnya, sebab memang begitulah adanya.

Ah, kebersamaan ini ebih dari 365 hari. Itu cukup lama, dan cukup panjang apabila semua kutuliskan di sini.

Yang pasti semakin hari aku semakin menyatju denganmu. Di dirimu aku menemukan sosok karib yang selama ini kuanggap sebagai ilusi saja. Kau membuatku percaya bahwa teman setia itu ada, bahkan sampai kata-kata ini aku tulis.

Kau tidak membimbingku, kau juga tidak mengikutiku dari belakang. Melainkan kau di sebelahku, menggenggam tanganku, dan kita sama-sama melangkahkan kaki dengan hati-hati.

Alhamdulillah. Kita telah 'hijrah' bersama. Meninggalkan masa lalu yang kau dan aku sama-sama tahu betapa tidak tertatanya. Entah berapa kali kita harus menyesali kekeliruan kita dulu. Namun sudahlah, ada hari ini yang harus kita selesaikan, dan hari esok yang harus kita persiapkan.

Sampai akhirnya kita berjanji agar saling menjadi pengingat kala kita lupa, kala langkah kita mulai goyah dan hilang arah. Bermula hari itu tak jarang kita berselisih paham. Juga tak jarang jarak dan waktu membuat kita saling merindukan.

Namun sebagaimana janji yang telah kita sepakati. Kita menyadari bahwa semua itu perlu, yang tak lain gunanya agar jalan ini tidak begitu-begitu saja. Bukankah hidup tidak indah jika tidak ada masalah? Begitu juga pertemanan. Ada masanya kita merasa jenuh dengan kenyamanan.

Namun perlahan genggaman kita kian melemah. Aku pun tak tahu mengapa? Bukan lagi 'kesibukan dalam kebaikan' itu sebagai alasannya. Bisakah kau menjawab ini? Terlalu rumit untuk aku pahami. Yang aku tahu ada kesedihan yang sulit kuilustrasikan. 

Hatimu kemana? Hatiku kemana?
Entah? Ada rasa bosankah yang membawanya sejenak pergi?
Kau jenuh akan aku? Atau aku kah yang telah lelah mengikuti langkahmu?

Maafkan aku.
Semuanya baik-baik saja, kan?
Maafkan aku.
Aku terlalu takut membaca kenyataan.
Maafkan aku.
Aku tidak pergi, dan kau jangan merasa bahwa aku telah lari.

Aku masih di sini. Hanya saja sedang mencoba menempati sudut ternyamanku. Aku hanya mencoba mencari celah dalam diriku yang sejak lama kutinggalkan untuk menggembara, yang sejak lama kubiarkan tertanak untuk sebuah pencarian.

Maka tinggallah sejenak, berbaik hatilah dengan segala yang juga berbaik hati padamu.

Allah telah menjanjikan, bahwa tak ada alasan untuk kita tak berbahagia. Semoga Allah senantiasa menjaga hati dan langkahmu.

Aku tidak pergi.


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra Pragmatik_Novel Sebelas Patriot

Kauniyah Oil; si Botol Hijau dengan Khasiat Memukau

Berlembar Narasi Tentang Mengabdi