Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Semua tentang Rindu

I. Bahwa jarak telah mendewasakanku, membuatku berteman baik dengan rasa sabar. Hingga akhirnya, untuk waktu lama aku bisa memahami sesuatu yang sebut rindu itu dengan sangat baik, merawatnya dengan sangat hati-hati, dan melepasnya apabila masanya telah tiba. Jika telah ada jalan bagiku untuk kembali, maka itu berarti bahwa rinduku telah sampai pada titik tertinggi 😊 Dan aku akan pulang~~~ Pekanbaru, 16 Juni 2017 II. Dan sekarang adalah masanya; masa dimana waktu harus kembali mengalah dengan jarak. Aku pulang, dengan membawa banyak peristiwa yang sudah kukemas rapi dalam sebuah ruang yang kusebut rindu. Aku pulang, sebab sudah tidak ada lagi alasan mengapa rindu itu harus terus kutahan. Aku pulang, untuk menagih jaanji waktu yang diwebut dengan perjumpaan. Pekanbaru, 14 Juni 2017 III. Bila rindu itu telah sampai pada titik tertingginya, maka jarak dan waktu pun akan mampu Ia kalahkan. Tembilahan, 14 Januari 2017 IV. Ada saat di mana kamu harus pergi (lagi), denga...

Hijabmu Memuliakanmu

Gambar
Assalamu'alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh .... Sahabat Shalihah, sudah percaya penuh tidak, bahwa wanita yang berusaha menjaga hijabnya sama saja sedang berusaha menjaga kehormatannya? Saya ingin sedikit berbagi cerita terkait pernyataan di atas. Cerita ini dialami oleh saya sendiri beberapa hari lalu. Rabu, 28 Juni 2017, saya diminta Ummi untuk pergi ke rumah salah seorang saudara yang berada di sekitar pasar, sebut saja nama saudara saya itu Dela. Tepat di depan rumah Dela, terdapat sebuah Pangakalan Ojek. Di Pangkalan tersebut terdapat beberapa orang yang tidak lain mereka ialah tukang ojek yang sedang menanti penumpang datang. Ketika hendak pulang, saya menunggu keponakan saya (sebut saja Davi) tepat di depan rumah Dela. Seperti yang saya katakan sebelumnya, rumah Dela persis bersebrangan dengan Pangkalan Ojek, maka otomatis pada saat itu saya juga sedang berada di depan pangkalan tersebut. Namanya juga Pangkalan Ojek, tentu diramaikan oleh para lelaki dengan usia yang b...

Sebuah Cerpen_MUTIARA

“Namaku Tia, kak”. Suara serak-serak basahnya masih terngiang di telingaku. Jum’at, 30 Desember 2016. Enam puluh menit sebelum bertemu Tia, aku masih meraba-raba apa sebenarnya hakikat  bersyukur itu. Aku masih mengeluhkan betapa banyak kemauanku yang belum Allah penuhi sampai hari ini. ****** Entah sudah berapa kali aku hanya numpang lewat di simpang empat itu. Yang paling sering kudapati ketika aku terjebak lampu merah di sana adalah, bapak-bapak pedagang mainan dan ibu-ibu pedagang koran. Yang ketika lampu merah menyala mereka sibuk mendekati pintu-pintu pengendara roda empat sembari menawarkan dagangan yang mereka bawa. Aku melihat harapan terlukis dari raut wajah mereka yang usang karena seharian disengat mahatari. Namun harapan itu lebib sering  hanya berbekas asap,  karena hampir tak satupun orang-orang yang ada di dalam kendaraan ber-AC itu tertarik untuk membeli dagangan mereka. Aku menyadari bahwa barang yang mereka jual memang tak banyak di...