Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Kujemput S.Pd. dengan Biidznillah

Bismillah. Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh. Tulisan kali ini berisikan cerita tentang bagaimana saya berproses sejak awal mengajukan judul hingga ujian sarjana dapat saya lewati dengan penuh haru pada 02 Mei 2019 silam Sejak saya masih menjadi mahasiswa semester bawah dan belum mengenal baik sesuatu yang orang-orang namai dengan tugas akhir, saya sempat mengikuti anggapan orang kebanyakan; bahwa skripsi merupakan suatu hal yang jorok. Adapun pembahasan perihal ‘dirinya’ merupakan suatu pembicaraan yang tidak begitu perlu ditanggapi serius, lebih sering dianggap pembahasan yang belum masanya untuk dipikirkan. Namun, suatu ketika, kebiasaan mengikuti anggapan semacam itu perlahan saya tinggalkan. Sejak saya rasa usia saya yang mulai memasuki kepala dua itu cukup tua untuk terus bergantung hidup dengan orang tua, sejak Ummi mulai sering meminta pulang tetapi saya tak selalu mampu untuk menurutinya karena terikat dengan waktu kuliah, sejak beberapa orang senior b...

Untukmu, yang Sedang Menanti

Tersebab segala kekosongan ini, kadang saya merasa semuanya terlalu cepat selesai. Ya, perasaan tersebut lahir dari ranah ketidakyakinan terhadap takdir. Lebih-lebih ketika saya melihat beberapa teman yang masih berbahagia dengan kesibukan akademisnya, yang masih asik memenuhi obsesi-obsesi dunia yang belum tercapai, dan yang masih bebas berkarya dengan menyandang status mahasiswa. Beberapa kali pernah saya dijajah perasaan kurang bersyukur, fatalnya ketidaksyukuran itu berada di atas semua yang telah saya targetkan dan realisasikan sendiri. Di saat-saat seperti ini pula saya pernah ingin berbalik ke belakang, untuk memperpanjang masa sebagai mahasiswa, untuk mengulur-ulur waktu mengerjakan skripsi, untuk bermalas-malasan memenuhi syarat administrasi setiap kali ingin melakukan ujian, dan untuk masih menyibukkan diri dengan hal-hal yang melelahkan tetapi begitu saya sukai. Namun, Ummi selalu berusaha menghibur saya dengan cara mengajak untuk berhusnudzan atas setiap apa yang telah sa...

Pentingnya Penggunaan Tanda Koma Sebelum Kata Sapaan pada Sebuah Dialog

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh. Terlebih dahulu saya sampaikan, bahwa saya tidak mahir dalam menulis karya ilmiah. Maka jangan heran kalau nantinya tulisan ini cukup berantakan untuk dibaca dan cukup tawar untuk dapat dinikmati. Apa pentingnya penggunaan tanda koma sebelum kata sapaan dalam sebuah dialog? Jawabannya 👉 penting sekali! Mari kita amati contoh satu ini (ini yang sering terjadi). Mohon maaf, contohnya sedikit kurang santun, karena memang di lapangan saya pernah mendapati fatalnya pemaknaan dalam contoh berikut: "Selamat tahun baru babi" Sebenarnya kalimat di atas sudah ditulis dengan benar oleh penulisnya, tetapi diartikan berbeda oleh orang yang membacanya. Satu ketika menerima pesan ini di grup wA, kemudian saya meminta beberapa orang untuk memaknai kalimat di atas. Hasilnya, sebagian besar orang mengartikan tulisan tersebut bernada negatif. Mereka mengartikan bahwa si penulis mengucapkan selamat  tahun baru kepada seseorang y...