Sepucuk Pujian
Ummi.
Sapaan ini sejatinya merujuk kepada seorang wanita istimewa yang bagi sebagian besar manusia di bumi ialah Ibu. Namun bagi saya sendiri--setelah melalui proses penyimpulan lebih dari dua dekade lamanya, saya dapat dengan bebas menganggap beliau sebagai seorang Ibu maupun Ayah di waktu yang bersamaan.
Dari sudut rupa dan fitrahnya, Ia merupakan seorang wanita yang memakau dalam kesederhanaan, dikaruniai sifat keibuan dan sarat kasih sayang, serta lengkap dengan bakat memasak yang jam terbangnya tak akan mampu saya lampaui.
Namun, dari sisi yang tak dapat dilihat oleh orang banyak, Ia diberikan kelebihan lain berupa ketangguhan hati yang tak semua diri dapat miliki. Air mata seolah menjadi sesuatu yang asing baginya. Bukan sebab hidupnya tak pernah dirundung kesedihan, melainkan mungkin jumlah nikmat yang Ia harus syukuri jauh lebih banyak dari pada kesedihan-kesedihan itu.
Bila dekat menghangatkan, bila jauh hati tak berhenti merinduinya. Sehari saja tak mendapat atau memberi kabar, waktu-waktu yang saya lalui hanya akan dipekati rasa bersalah. Namun, berita baiknya adalah, hal ini selalu kami upayakan agar tak sekalipun terjadi. Meski lima tahun belakangan hanya dapat bertukar suara atau pesan singkat yang sebenarnya 'itu-itu saja', setidaknya kami selalu saling memastikan bahwa keduanya berjalan di atas muka bumi dalam keadaan baik dan hati yang selalu merasa cukup.
Dari Ummi saya menekuni satu hal penting, bahwa wanita harus berusaha untuk mampu melakukan banyak hal di atas kaki sendiri. Berintelektual dan mahir dalam pekerjaan rumah tangga tentu merupakan dua perkara yang wajib mendarah daging pada setiap kaum hawa. Namun, di luar itu semua tak ada salahnya jika tulang dan punggung harus terbiasa untuk sedikit lebih membaja. Bukan ingin melewati batas fitrahnya wanita, apalagi untuk memaksa diri menjadi pribadi yang dominan; melainkan kita tidak pernah tahu hidup yang terkadang tak ubahnya seperti samudera ini entah bila mengombak dan entah bila pula menenangnya. Maka kita harus bersiaga bathin dan juga lahir sejauh yang disanggupi. Sehingga apabila ombak datang kita siap bersabar, dan bila tenang tiba kita tak lupa bersyukur.
Komentar
Posting Komentar