Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Menulis Hobi, Mendidik Jati Diri

Satu bulan bukanlah waktu yang lama untuk proses pamahaman, bukan pula waktu yang sekejap untuk sebuah penantian. Semulanya, saya kira menjadi seorang guru akan dituntut keras untuk menerapkan teori yang diterima selama kurang lebih empat tahun mengenyam pendidikan di dunia perkuliahan. Namun, perkiraan itu saya bantah sendiri hanya dalam waktu beberapa hari saja. Sabar, merupakan satu hal yang lebih didahulukan daripada kecerdasan dan kepiawaian dalam beretorika. Mulai dari menghadapi pertanyaan yang sebenarnya tak perlu dijawab, merapikan kerudung dan dasi yang tidak berada di tempatnya, sampai hanya membukakan tutup botol atau kemasan makanan ringan mereka. Beberapa hal yang di atas saya sebutkan tidaklah membutuhkan rumus, tidak harus terlebih dahulu membuka KBBI, dan tak mesti mengilas-kilas kembali teori kesastraan yang pernah saya pelajari. Hanya sabar yang perlu ditanam, selalu dipupuk, dan terus dipelihara hingga melahirkan rasa cinta. Adapun perihal keikhlasan, lidah sama s...

Kujemput S.Pd. dengan Biidznillah

Bismillah. Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh. Tulisan kali ini berisikan cerita tentang bagaimana saya berproses sejak awal mengajukan judul hingga ujian sarjana dapat saya lewati dengan penuh haru pada 02 Mei 2019 silam Sejak saya masih menjadi mahasiswa semester bawah dan belum mengenal baik sesuatu yang orang-orang namai dengan tugas akhir, saya sempat mengikuti anggapan orang kebanyakan; bahwa skripsi merupakan suatu hal yang jorok. Adapun pembahasan perihal ‘dirinya’ merupakan suatu pembicaraan yang tidak begitu perlu ditanggapi serius, lebih sering dianggap pembahasan yang belum masanya untuk dipikirkan. Namun, suatu ketika, kebiasaan mengikuti anggapan semacam itu perlahan saya tinggalkan. Sejak saya rasa usia saya yang mulai memasuki kepala dua itu cukup tua untuk terus bergantung hidup dengan orang tua, sejak Ummi mulai sering meminta pulang tetapi saya tak selalu mampu untuk menurutinya karena terikat dengan waktu kuliah, sejak beberapa orang senior b...

Untukmu, yang Sedang Menanti

Tersebab segala kekosongan ini, kadang saya merasa semuanya terlalu cepat selesai. Ya, perasaan tersebut lahir dari ranah ketidakyakinan terhadap takdir. Lebih-lebih ketika saya melihat beberapa teman yang masih berbahagia dengan kesibukan akademisnya, yang masih asik memenuhi obsesi-obsesi dunia yang belum tercapai, dan yang masih bebas berkarya dengan menyandang status mahasiswa. Beberapa kali pernah saya dijajah perasaan kurang bersyukur, fatalnya ketidaksyukuran itu berada di atas semua yang telah saya targetkan dan realisasikan sendiri. Di saat-saat seperti ini pula saya pernah ingin berbalik ke belakang, untuk memperpanjang masa sebagai mahasiswa, untuk mengulur-ulur waktu mengerjakan skripsi, untuk bermalas-malasan memenuhi syarat administrasi setiap kali ingin melakukan ujian, dan untuk masih menyibukkan diri dengan hal-hal yang melelahkan tetapi begitu saya sukai. Namun, Ummi selalu berusaha menghibur saya dengan cara mengajak untuk berhusnudzan atas setiap apa yang telah sa...

Pentingnya Penggunaan Tanda Koma Sebelum Kata Sapaan pada Sebuah Dialog

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh. Terlebih dahulu saya sampaikan, bahwa saya tidak mahir dalam menulis karya ilmiah. Maka jangan heran kalau nantinya tulisan ini cukup berantakan untuk dibaca dan cukup tawar untuk dapat dinikmati. Apa pentingnya penggunaan tanda koma sebelum kata sapaan dalam sebuah dialog? Jawabannya 👉 penting sekali! Mari kita amati contoh satu ini (ini yang sering terjadi). Mohon maaf, contohnya sedikit kurang santun, karena memang di lapangan saya pernah mendapati fatalnya pemaknaan dalam contoh berikut: "Selamat tahun baru babi" Sebenarnya kalimat di atas sudah ditulis dengan benar oleh penulisnya, tetapi diartikan berbeda oleh orang yang membacanya. Satu ketika menerima pesan ini di grup wA, kemudian saya meminta beberapa orang untuk memaknai kalimat di atas. Hasilnya, sebagian besar orang mengartikan tulisan tersebut bernada negatif. Mereka mengartikan bahwa si penulis mengucapkan selamat  tahun baru kepada seseorang y...

Sepuluh Tahun

-Dulu, Sekarang, dan yang Akan Datang- Jika berbicara sekarang dan dulu, maka saya tak dapat bercerita banyak tentang apa yang telah berubah. Yang saya tahu pertambahan usia tak dapat ditahan, pun penuaan di wajah tak dapat dicegah. Semakin hari semakin banyak jengkal tanah yang dilalui, semakin banyak wajah baru yang dikenali, semakin canggih teknologi yang dapat dimanfaatkan, dan semakin banyak pula sejarah yang tertulis dalam lembar-lembar hidup. Maaf, untuk tantangan kali ini saya tak dapat memenuhinya. Sebab tidak ada gambar yang bisa saya tampilkan untuk menunjukkan betapa kekanak-kanakannya saya yang dulu, dan seberapa mendewasanya saya hari ini. Sepuluh tahun yang lalu saya belum diperbolehkan oleh ayah untuk memiliki atau mengoperasikan alat canggih (baca: kamera dan sejenisnya) untuk dapat mengabadikan setiap hal penting yang terjadi, dan di saat sudah memiliki alat tersebut saya justru telah menjadi seseorang yang lebih memilih untuk menjadikan gambar-gambar terbaru sebag...

Kapan Wisuda?

Betapa dalamnya makna dari pertayaan 'KAPAN WISUDA?' Apa yang salah dengan kalimat tanya di atas? Dalam konteks bercanda, tak sedikit mahasiswa yang mengaku sangat sensitif sehingga ketika ada yang mengajukan pertanyaan semacam itu, jawaban yang lebih sering saya dengar adalah ''Jangan ngomong jorok!'' dan sejenisnya. Bagi saya ini merupakan kalimat tanya nan sakral dan memang sudah sepantasnya dilontarkan kepada mahasiswa yang keberadaannya di kampus terbilang cukup lama (biasanya tingkat tiga ke atas), terlepas siapa orang yang menanyakan hal tersebut. Jika memang belum mampu  memberikan jawaban berupa kabar baik atas pertanyaan itu seperti (in syaa Allah pekan depan, bulan depan, atau bahkan tahun depan), maka tak ada salahnya agar kita biasakan mencari diksi lain yang mungkin lebih indah untuk didengar, semisal ("Do'akan saja, ya.", "Ini sedang diusahakan, kok.", atau 'Kamu mau bantu saya?'). Kita tahu dan saling memaklum...