Menutup Diri dari Pahitnya Nasihat

"Biarkan saya berjalan sebagaimana yang saya inginkan. Bukankah lebih baik bila nasihat itu kamu peruntukkan kepada dirimu sendiri?". Terdengar dan terkesan bijaksana, tapi sayang, belum tentu dapat diterapkan dalam segala keadaan.

Nasihat dan julidan merupakan dua hal yang terkadang sangat tipis perbedaannya, sehingga tak sedikit manusia sulit untuk membedakan keduanya. Entah karena pernah adanya pengalaman dinasihati dengan cara yang kurang indah, atau memang tersebab hatinya selalu menutup diri dari perhatian orang lain.

Sekali-kali, tak ada salahnya apabila kita sedikit saja membuka telinga dengan tulus, kemudian membiarkan nasihat itu merasuki hati secara perlahan. Kendati pada akhirnya tak semua nasihat itu dapat diindahkan dengan perbuatan, setidaknya mengakui kebenarannya dengan hati saja sudah cukup. Jikalau seperti ini yang terjadi, maka kita berhak untuk menafikkan bila dicap sebagai orang yang antikritik. Sekurang-kurangnya berusaha kita terbuka atas sebuah nasihat, meski untuk mengimplementasikannya butuh proses yang memakan waktu tidak sebentar.

Dan sesekali pula, boleh saja bila kita memilih untuk mengacuhkannya jika memang cara yang digunakan si penyampai tidak mudah diterima oleh hati. Namun, cobalah terus diupayakan agar tak selalu menjadi seperti tipe pada poin kedua ini. Sebab, meski ada segelintir yang manis, sebagian besar obat yang diracik memiliki rasa pahit hingga menyebabkan sukar diterima oleh lidah. Namun, tetap saja pada akhirnya melalui obat yang pahit itu tak jarang Allah titipkan kesembuhan.

Catatan: saya selalu berprinsip, tulisan terbaik ialah tulisan yang mampu mengingatkan penulisnya sendiri bila dibaca kembali di kemudian hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra Pragmatik_Novel Sebelas Patriot

Kauniyah Oil; si Botol Hijau dengan Khasiat Memukau

Berlembar Narasi Tentang Mengabdi